![]() |
| Sumber: E.nurwanto07/Instagram |
Ada keunikan tersendiri bagi masyarakat muslim di Wamena Papua dalam merayakan hari raya Idulfitri. Sama seperti di daerah lain, suku dani di Wamena memiliki tradisi khas untuk merayakan hari besar dengan cara menggelar ritual bakar batu.
Tradisi bakar batu ini merupakan cara masyarakat Wamena untuk menyambut momen penting, seperti pernikahaan,kelahiran, kematian, syukuran dan hari keagamaan.
Biasanya tradisi bakar batu menggunakan babi yang dimasak bersamaan dengan sayuran dan ubi jalar, namun masyarakat muslim di Wamena menggantinya dengan ayam.
Mereka percaya keberadaan Islam tidak menghilangkan nilai sebuah tradisi dan identitas budaya Papua, namun Islam datang sebagai pelengkap bagi keanekaragaman di Papua.
Tradisi unik tersebut dilakukan oleh suku Dani dari Lembah Baliem, Papua. Bakar Batu sendiri sudah dilakukan masyarakat sejak zaman dahulu.
Ada tiga tahapan yang dilakukan untuk melakukan tradisi Bakar Batu, yaitu persiapan, bakar babi dan makan bersama.
1. Tahap Persiapan
Masyarakat biasanya mengumpulkan kayu bakar terlebih dahulu sebelum memasak. Kemudian dengan menggunakan batu-batu yang ukuran besar ditata di atas tanah dan kemudian ditutup menggunakan kayu bakar.
Tumpukan tersebut kemudian di bakar hingga batu menjadi panas. Setelag itu, warga mempersiapkan lubang dengan ukuran yang disesuaikan dengan banyaknya bahan makanan yang akan dimasak.
Kemudian para kaum pria mempersiapkan prosesanya, dengan meletakan daun alang-alang dan daun pisang ke dalam lubang yang telah dibuat. Selanjutnya, batu-batu yang telah panas disusun di atas dedaunan dengan cara dijepit menggunakan kayu khusus yang biasa disebut apando.
Selanjutnya masing-masing suku akan menyerahkan babi. Kemudian masing-masing kepala suku akan memanah babi secara bergiliran. Masyarakat meyakini jika sekali panah babinya langsung mati, maka ritual akan berjalan sukses. Namun sebaliknya, apabila babi yang dipanah tidak langsung mati, maka akan terjadi hal yang kurang baik saat ritual.
2. Tahapan Membakar Babi
Sebelum dibakar babi akan dinersihkan dengan cara mengeluakan isi perut serta bagian-bagian lain yang tidak dimakan. Babi kemudian diletakkan di atas alang-alang yang telah dipersiapkan dan ditutup menggunakan dedaunan dan batu panas. Bagian paling atas tumpukan diletakan rerumputan tebal serta ubi jalar.
Sementara untuk sayur mayur diletakkan di atasnya, seperti daun hipere, iprika, daun singkong, labu parang, daun pepaya, dan lain sebagainya. Masakan tersebut juga ditambah potongan buah-buahan.
Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran hingga marang sekitar 60 sampai 90 menit. Rumput akan dibuka dan makanan akan dikeluarkan satu per satu, lalu dihamparkan di atas rerumputan.
3. Tahap Makan Bersama
Setelah masakan siap untuk disantap, warga kemudian berkerumun untuk menikmati hidakan, namun orang pertama yang memakan adag kepala suku. Ia akan menerima sebongkah daging babi dan ubi, setelah itu barulah warga lainnya mendapat jatah yang sama.
Nah, itulah tradisi bakar batu di Wamena semoga informasi di atas dapat menambah wawasan dan pengetahuan kamu ya
